Kenali Cuaca Ekstrem di Indonesia: Apa Saja Jenisnya?

Imbauan BPBD Kota Bekasi Terkait Cuaca Ekstrem
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi telah mengeluarkan imbauan resmi kepada masyarakat terkait status siaga darurat bencana yang berlaku sejak 25 Juli 2025 hingga 31 Agustus 2025. Hal ini dilakukan karena adanya prediksi cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi wilayah tersebut. Dalam unggahan di media sosial Instagram @bpbd.kotabekasi, BPBD menyampaikan beberapa langkah pencegahan yang perlu diperhatikan oleh warga.
Masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah ke saluran air, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana seperti banjir, angin kencang, dan tanah longsor. Selain itu, penting untuk menyimpan dokumen penting di tempat yang aman dan segera melapor ke BPBD jika terjadi situasi darurat.
Imbauan ini didasarkan pada hasil prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG memprediksi bahwa sebagian wilayah Jawa Barat akan mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan bencana seperti banjir atau tanah longsor.
Cuaca ekstrem sering terjadi di Indonesia dan menjadi sumber ketakutan bagi masyarakat karena dampaknya yang besar, baik secara ekonomi maupun korban jiwa. Berikut adalah tiga jenis cuaca ekstrem yang sering terjadi di Indonesia:
Squall Line
Squall line adalah fenomena cuaca ekstrem yang berbentuk garis memanjang yang terbentuk dari awan cumulonimbus. Garis ini dapat menciptakan badai besar di laut dan menghasilkan gelombang tinggi, angin kencang, serta banjir rob di pesisir. Menurut pemantauan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, squall line pernah melintasi Selat Sunda dengan energi besar, bertahan lebih dari 24 jam, dan mencapai Jawa dalam waktu enam jam. Pada Mei-Juni 2020, squall line menyebabkan banjir rob besar di kawasan pantai utara dan selatan Jawa hingga Bali. Fenomena ini juga memicu gelombang tinggi yang merusak infrastruktur pesisir, seperti tanggul dan jembatan.
Bow Echo
Bow echo merupakan varian dari squall line yang berbentuk busur atau bumerang. Fenomena ini sangat destruktif karena di kedua ujungnya terdapat pusaran angin siklonik dan antisiklonik yang saling berpasangan. Lengkungan bow echo sering mengandung awan downburst, yang menyebabkan hujan deras dalam tempo cepat dan menghasilkan angin puting beliung. Peristiwa bow echo pernah terjadi di Cimenyan, Bandung, pada Mei 2021. Dalam peristiwa tersebut, bow echo berkecepatan 56 km/jam merusak 361 rumah.
Mesoscale Convective Complex (MCC)
Mesoscale Convective Complex (MCC) adalah kumpulan kluster awan yang membentuk bulatan besar dan menghasilkan hujan ekstrem selama beberapa hari. Fenomena ini sering terjadi di Jawa pada akhir tahun. Pada Maret 2021, MCC menyebabkan banjir besar di Kabupaten Bandung hingga merendam 4.161 rumah. MCC juga dapat muncul dalam bentuk MCC kembar, seperti yang terjadi di Luwu, Sulawesi Selatan, pada Juli 2020. Bencana tersebut menimbulkan banjir bandang dan menewaskan 38 orang. Ribuan penduduk terpaksa harus mengungsi akibat peristiwa tersebut.
Dengan adanya ancaman cuaca ekstrem, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti instruksi dari instansi terkait. Tindakan pencegahan yang tepat dapat mengurangi risiko bencana dan menjaga keselamatan serta kesejahteraan masyarakat.
Comments
Post a Comment