KSTI 2025: 48 Peta Jalan Inovasi Indonesia

Featured Image

Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri 2025 Berhasil Capai Tujuan Utama

Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, telah resmi ditutup pada hari Sabtu (9/8). Acara yang berlangsung selama tiga hari ini berhasil mempertemukan ribuan peserta dari berbagai kalangan seperti peneliti, akademisi, industri, hingga pemangku kebijakan. Salah satu hasil utama dari konvensi ini adalah komitmen penyusunan 48 peta jalan prioritas riset nasional.

Ketua Panitia KSTI 2025, Fauzan Adziman, menjelaskan bahwa peta jalan tersebut dibuat melalui 51 sesi paralel yang membahas delapan bidang fokus riset prioritas nasional. Bidang-bidang tersebut mencakup pangan, kesehatan, energi, maritim, pertahanan, digitalisasi termasuk kecerdasan buatan dan semikonduktor, material maju, hilirisasi, serta industrialisasi.

Metode yang digunakan dalam penyusunan peta jalan ini disebut dynamic system modelling. Dalam metode ini, para peserta diminta untuk menuliskan variabel yang mempengaruhi capaian setiap tahun serta keterbatasan yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi intervensi yang diperlukan, baik itu terkait regulasi, investasi, strategi SDM, maupun pengembangan teknologi.

“Hasil luaran dari berbagai sesi paralel ini adalah peta jalan program riset yang kami bangun dengan melibatkan multipihak. Tidak hanya teknologi dan SDM, namun juga sinkronisasi dengan peta jalan industri, pasar, permasalahan masyarakat, regulasi, dan strategi investasi untuk proses scaling up,” ujar Fauzan Adziman dalam penyampaian laporan hasil KSTI 2025.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), menyatakan bahwa draft awal peta jalan ini akan disempurnakan dalam waktu tiga bulan ke depan. Menurutnya, akan ada pertemuan-pertemuan lanjutan untuk merampungkan seluruh 48 peta jalan tersebut. Hasilnya akan menjadi acuan penting bagi ekosistem riset nasional agar lebih terarah dan berdaya saing tinggi.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menegaskan bahwa KSTI ini bukan akhir. Penutupan acara ini justru menjadi awal pembuktian bahwa sains dapat menggerakkan industri dan memajukan ekonomi Indonesia.

Menurutnya, para peneliti, dosen, pemerintah, hingga industri telah menyusun roadmap untuk bagaimana melakukan kolaborasi-kolaborasi. Sehingga penelitian dan kajian di perguruan tinggi nantinya betul-betul dapat menjawab tantangan atau permasalahan yang ada di industri. “Sehingga apa yang kita harapkan bersama, import kita turun, kemudian produk-produk kita meningkat, ketergantungan kita terhadap luar negeri itu bisa berkurang. Yang ujungnya, akan meningkatkan kesejahteraan bangsa kita,” jelasnya.

Capaian KSTI 2025

Selama tiga hari penyelenggaraannya, 7-9 Agustus 2025, KSTI 2025 mencatat sejumlah capaian yang signifikan. Jumlah pengunjung mencapai 8.500 orang, jauh melampaui target awal 2.000 peserta. Selain itu, KSTI juga berhasil menghadirkan lebih dari 400 produk riset dari seluruh Indonesia.

Terdapat lebih dari 50 mitra atau perusahaan yang mengikuti sesi business matching yang digelar selama tiga hari. Sebanyak 493 perwakilan industri, BUMN, kementerian, dan lembaga hadir untuk menjalin kolaborasi dalam momen ini.

Tidak hanya itu, KSTI 2025 juga berhasil mendatangkan dua peraih Nobel. Yakni, Konstantin Novoselov dan Brian Schmidt. Konstantin Novoselov merupakan fisikawan berkewarganegaraan Rusia-Inggris. Ia meraih Nobel Prize Fisika pada 2010. Sementara Brian Schmidt adalah fisikawan dan astronom yang berhasil meraih Nobel Prize Fisika pada 2011. Ia merupakan guru besar di Universitas Nasional Australia di Weston Creek, Australia.

Comments

Popular posts from this blog

🌞 IObit Summer Sale 2025 – Save 40% on Top PC Utilities!

FoneTool Unlocker Pro: Solusi Praktis untuk Membuka Kunci iPhone dan iPad dengan Mudah

Securing Africa's Farming Future: Science, Communication, and Immediate Action