Tantangan Adaptasi Kamus Digital, Teknologi AI Masih Perlu Dikembangkan

Peran Kecerdasan Buatan dalam Pengembangan Kamus Bahasa Indonesia
Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pengembangan kamus tidak dapat dianggap sebagai solusi instan. Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan berbagai infrastruktur pendukung seperti data latihan berkualitas, tenaga ahli yang terampil, serta dukungan finansial yang memadai. Hal ini disampaikan oleh Ian Kamajaya, seorang pembicara utama dalam Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) ke-8 yang diadakan di Jakarta pada Selasa, 5 Agustus 2025. Ian juga merupakan arsitek dan pengembang aplikasi Sipebi, yaitu aplikasi penyuntingan ejaan bahasa Indonesia.
Ian menekankan bahwa antusiasme terhadap teknologi harus diimbangi dengan ekspektasi yang realistis dan pemahaman mendalam tentang tantangan nyata yang ada. Menurutnya, Indonesia tidak bisa hanya mengikuti tren global tanpa membangun ekosistem leksikografi yang kuat. “Kita perlu memastikan bahwa semua komponen yang diperlukan sudah siap sebelum menerapkan teknologi,” ujarnya.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan pentingnya peran kamus dalam sejarah dan masa depan bahasa Indonesia. Menurutnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saat ini mencatat lebih dari 305 juta pencarian daring. Dengan jumlah pencarian yang begitu besar, menjaga kualitas dan keberlanjutan kamus menjadi semakin krusial.
Hafidz juga menyoroti bahwa AI tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai media penyebaran nilai-nilai kebahasaan. Ia menekankan bahwa etika dalam berbahasa sangat penting. Kata-kata dalam KBBI berasal dari masyarakat sendiri, sehingga KBBI harus menjadi rujukan utama bagi sistem AI. Jika tidak dikelola dengan baik, AI justru bisa menyebarkan kosakata yang tidak sopan atau bertentangan dengan nilai budaya lokal.
“Jangan sampai kosakata yang tidak santun dan tidak sesuai dengan nilai budaya Indonesia justru menjadi yang paling mudah ditemukan melalui AI,” katanya.
Selain itu, Hafidz mengajak untuk melihat peluang yang ditawarkan oleh teknologi. Misalnya, bagaimana AI bisa membantu pelestarian bahasa daerah. “Bayangkan jika anak muda ingin mencari padanan kata ‘saya’ dalam sepuluh bahasa daerah, lalu AI langsung menyajikannya lengkap dengan suara penuturnya,” ujarnya. Dengan demikian, teknologi bisa menjadi alat yang efektif dalam melestarikan keragaman bahasa di Indonesia.
Tantangan dan Peluang dalam Penerapan Teknologi
Meskipun AI menawarkan banyak peluang, implementasinya tetap memerlukan persiapan yang matang. Dibutuhkan kerja sama antara para ahli leksikografi, pengembang teknologi, dan pemerintah agar AI dapat digunakan secara optimal dalam pengembangan kamus dan pelestarian bahasa.
Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa AI tidak hanya sekadar memproses data, tetapi juga memahami konteks dan makna kata. Hal ini sangat penting karena setiap kata memiliki makna yang berbeda-beda tergantung situasi dan budaya. Oleh karena itu, AI perlu dilatih dengan data yang akurat dan representatif.
Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa AI tidak mengabaikan aspek etika dan nilai-nilai budaya. Dalam hal ini, kamus seperti KBBI menjadi fondasi yang kuat untuk memandu pengembangan sistem AI. Dengan demikian, AI dapat menjadi alat yang membantu masyarakat dalam memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan lebih baik.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya leksikografi, perlu adanya program edukasi dan pelatihan bagi para pengguna AI. Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat dapat memanfaatkan teknologi ini secara bijak dan menghindari risiko yang mungkin timbul.
Secara keseluruhan, pemanfaatan AI dalam pengembangan kamus dan pelestarian bahasa Indonesia membutuhkan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak. Dengan persiapan yang matang dan pengelolaan yang baik, teknologi ini dapat menjadi alat yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Comments
Post a Comment