Ternyata Ini Penyebab Bintang Laut Jadi Sampah Lendir

Penyebab Penyakit Bintang Laut yang Menghancurkan Ditemukan
Para peneliti akhirnya berhasil mengungkap penyebab dari penyakit bintang laut yang misterius, yaitu sea star wasting disease. Penyakit ini telah menyerang miliaran bintang laut di sepanjang pantai barat Amerika Serikat sejak 2013. Awalnya, para ilmuwan menduga bahwa penyebab utamanya adalah virus, tetapi setelah empat tahun penelitian, mereka menemukan bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio pectenicida.
Bakteri tersebut termasuk dalam genus yang sama dengan penyebab penyakit kolera. Selain itu, galur Vibrio pectenicida ini juga diketahui merusak populasi karang dan kerang. Temuan penting ini dipublikasikan di Jurnal Nature Ecology and Evolution pada edisi 4 Agustus 2025.
Metode Penelitian dan Temuan Penting
Untuk mengetahui penyebab penyakit ini, para peneliti menggunakan teknik pengurutan DNA untuk membandingkan mikroba dalam tubuh bintang laut yang sakit dan yang sehat. Hasilnya menunjukkan bahwa cairan koelomik atau "darah" bintang laut yang terinfeksi mengandung konsentrasi tinggi Vibrio pectenicida.
Alyssa Gehman, penulis hasil studi yang juga ahli ekologi penyakit laut di Hakai Institute dan Universitas British Columbia (UBC), menjelaskan bahwa perbedaan utama antara bintang laut yang terpapar dan yang sehat hanya terletak pada keberadaan bakteri ini. Ia menyatakan, “Kami semua merinding. Kami berpikir, Itu dia. Kami menemukannya. Itu penyebab wasting.”
Dampak Ekologis yang Luas
Penyakit ini telah menyerang lebih dari 20 spesies bintang laut, namun dampak terbesarnya dirasakan oleh bintang laut bunga matahari (Pycnopodia helianthoides). Spesies besar ini kini dianggap punah secara fungsional di sebagian besar wilayah selatan Amerika Serikat. Di bagian utara, populasinya telah menyusut lebih dari 87 persen.
Sebagai predator alami bulu babi, bintang laut bunga matahari memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Ketika jumlah mereka menurun drastis, populasi bulu babi meningkat tajam dan menyebabkan kerusakan besar pada hutan kelp. Hutan kelp merupakan habitat bagi ribuan spesies ganggang laut yang mendukung ekonomi lokal, melindungi garis pantai dari badai, serta menyimpan karbon dioksida.
Melanie Prentice, ahli ekologi evolusi di Hakai Institute dan UBC, menjelaskan bahwa kehilangan miliaran bintang laut benar-benar mengubah dinamika ekologi. Menurutnya, “Kehilangan satu spesies bintang laut jauh lebih besar dampaknya daripada sekadar hilangnya satu spesies saja.”
Gejala dan Proses Infeksi
Gejala penyakit ini dimulai dengan munculnya luka di tubuh bintang laut. Dalam waktu sekitar dua minggu, jaringan tubuh mereka melepuh hingga menjadi cairan. Karena gejalanya mirip dengan dampak dari stres lingkungan atau penyakit lain, para ilmuwan sempat kesulitan menemukan penyebab pastinya.
Setelah mengidentifikasi bakteri dari galur V. pectenicida, atau disebut FHCF-3, para peneliti mengembangbiakkannya dari bintang laut yang terinfeksi, lalu mengujikannya pada bintang laut sehat. Hasilnya, hampir semua bintang laut yang terinfeksi bakteri ini mati, sehingga mengonfirmasi bahwa FHCF-3 adalah penyebab penyakit wasting.
Langkah Selanjutnya dalam Penelitian
Meski sudah mengetahui penyebabnya, para peneliti menyatakan masih ada banyak hal yang perlu dipelajari lebih lanjut mengenai cara kerja penyakit ini serta langkah penanganan terbaiknya. Jono Wilson, Direktur Ilmu Kelautan di The Nature Conservancy California, mengatakan bahwa “Memahami apa yang menyebabkan hilangnya bintang laut bunga matahari adalah langkah penting dalam memulihkan spesies ini dan semua manfaat yang diberikan oleh ekosistem hutan kelp.”
Comments
Post a Comment