Dedi Mulyadi Tanyakan Penggunaan AC di Bandung yang Dingin

Featured Image

Gubernur Jawa Barat Kritik Penggunaan AC di Bangunan Kota Bandung

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, pernah mengunjungi kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) dan bertemu dengan Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara. Dalam pertemuan tersebut, Dedi menyampaikan beberapa pandangan terkait penggunaan pendingin ruangan di berbagai bangunan di wilayah Jabar.

Salah satu topik yang dibahas adalah penggunaan AC di Kota Bandung. Menurut Dedi, kota ini memiliki iklim yang relatif sejuk, sehingga tidak seharusnya banyak gedung menggunakan AC. Ia menyoroti bahwa desain bangunan sering kali membuat ruangan menjadi panas, bahkan di daerah yang sudah cukup panas, bangunan justru dibuat pendek, sehingga memperparah masalah suhu.

Dedi menyampaikan bahwa penggunaan AC di seluruh Jawa Barat, terutama di perkantoran, bisa menjadi sumber inefisiensi. Ia menegaskan bahwa setiap bangunan seharusnya dirancang agar bisa memanfaatkan sumber alami seperti angin dan sinar matahari secara optimal.

Selain itu, Dedi juga menyampaikan pandangan spiritual terkait hal ini. Ia merujuk pada Alquran yang menjelaskan bahwa orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat akan diberi azab. Dalam konteks ini, azab yang dimaksud adalah inefisiensi dalam penggunaan energi.

“Kita melihat bahwa banyak bangunan di Bandung tidak menghormati matahari. Bahkan, ada bangunan yang tidak memiliki jendela atau ventilasi sama sekali, sehingga membuat para pegawai dan siswa terasa seperti ayam broiler,” ujar Dedi.

Solusi dari Rektor ITB

Tatacipta Dirgantara, Rektor ITB, memberikan contoh bagaimana sebuah bangunan bisa tetap nyaman tanpa perlu menggunakan AC. Salah satunya adalah gedung tempat mereka berdiskusi di kampus ITB sendiri.

Menurutnya, gedung tersebut dirancang dengan sistem sirkulasi udara alami. Terdapat lubang angin di bagian bawah dan atas, sehingga udara dingin bisa masuk dari bawah dan keluar dari atas. Sistem ini telah digunakan sejak tahun 1920, dan masih efektif hingga saat ini.

Namun, ia menyebutkan bahwa teknologi modern yang digunakan saat ini umumnya tidak memanfaatkan sistem semacam ini. Banyak bangunan kini lebih memilih menggunakan AC daripada memanfaatkan sirkulasi alami.

Tatacipta menyarankan penggunaan teknologi earth cooling, yaitu metode untuk menurunkan suhu dengan memanfaatkan suhu tanah. Dengan memasang pipa di bawah tanah, udara bisa didinginkan sebelum masuk ke dalam bangunan. Selanjutnya, udara dingin tersebut bisa disirkulasikan melalui lubang di bagian atas bangunan secara pasif.

Keberadaan Teknologi yang Tersedia

Saat Dedi Mulyadi menyampaikan pandangan tentang teknologi tersebut, Tatacipta menegaskan bahwa teknologi ini sudah ada dan tidak terlalu sulit untuk diterapkan. Ia menilai bahwa yang diperlukan adalah kampanye dan kesadaran masyarakat serta pemerintah terhadap pentingnya penggunaan teknologi ramah lingkungan.

Ia juga menyampaikan bahwa banyak teknologi yang sudah tersedia, termasuk sistem sirkulasi udara alami dan earth cooling, tetapi belum banyak dimanfaatkan karena kurangnya pemahaman dan dukungan.

Dengan adanya inisiatif seperti ini, diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada AC, meningkatkan efisiensi energi, serta menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang lebih sehat dan nyaman bagi masyarakat.

Comments

Popular posts from this blog

🌞 IObit Summer Sale 2025 – Save 40% on Top PC Utilities!

FoneTool Unlocker Pro: Solusi Praktis untuk Membuka Kunci iPhone dan iPad dengan Mudah

Securing Africa's Farming Future: Science, Communication, and Immediate Action