Ekoton Desak Australia Hentikan Ekspor Sampah Plastik, Ini 3 Alasannya

Featured Image

Aksi Massal di Surabaya Minta Australia Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Sejumlah aktivis dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menggelar aksi protes di Konsulat Jenderal Australia, Surabaya, pada Rabu, 6 Agustus 2025. Dalam aksi tersebut, peserta memakai pakaian berwarna hitam dan membawa baliho serta simbol-simbol yang menunjukkan penolakan terhadap pengiriman sampah plastik dari Australia ke Indonesia.

Aksi ini dilakukan di depan gedung ESA Sampoerna, yang merupakan kantor Konsulat Negeri Kanguru. Para peserta membawa lemari kaca yang berisi tumpukan sampah plastik, termasuk replika seorang bayi. Simbol ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sampah plastik berbahaya bagi anak-anak.

Alaika Rahmatullah, koordinator aksi, menyatakan bahwa Ecoton telah mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa Australia telah mengirim 22 ribu ton sampah plastik ke Indonesia pada tahun 2023 hingga 2024. Selama lima tahun terakhir, Ecoton mencatat adanya 2,7 miliar kilogram sampah kertas (HS 4707) yang masuk ke Indonesia dari Australia. Sampah-sampah ini juga terkontaminasi scrap plastik—limbah sisa produksi. Rata-rata, setiap tahun sekitar 542 ribu ton sampah plastik datang dari negara tersebut.

Dalam aksi tersebut, Ecoton menyampaikan tiga desakan utama. Pertama, mereka meminta agar pengiriman sampah plastik dari Australia ke Indonesia dihentikan sepenuhnya. Kedua, Australia diminta mendukung perjanjian global tentang plastik yang ambisius, mengikat, dan berkeadilan. Ketiga, Pemerintah Australia dan Indonesia diminta aktif melindungi kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan lingkungan dari bahan kimia berbahaya dalam plastik.

Alaika menambahkan bahwa jumlah sampah plastik yang dikirimkan Australia ke Indonesia meningkat sebesar 27,9 persen dibandingkan periode dua tahun sebelumnya. Pada periode itu, jumlahnya berkisar antara 16.100 ton. “Ini menjadi ancaman besar bagi masyarakat dan menjadi beban penyakit di Indonesia,” ujarnya.

Janin Berisiko Terpapar Partikel Plastik

Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, dalam wawancara terpisah, menjelaskan bahwa organisasi tersebut juga menemukan bahwa sampah plastik Australia memicu pencemaran dioksin di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Desa Tropodo dan Desa Gedangrowo di Kabupaten Sidoarjo, serta Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Menurut Rafika, sampah yang dikirimkan ini berpotensi menambah beban kontaminasi mikroplastik di Indonesia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik kini ditemukan dalam mekonium, yaitu tinja pertama bayi baru lahir. Hal ini menandakan bahwa paparan partikel plastik sudah dimulai sejak masa janin.

Penelitian Ecoton juga mengungkap bahwa sampah plastik dapat terpecah menjadi mikroplastik, menembus plasenta, dan akhirnya masuk ke cairan amnion. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari perempuan pemulung, yang merupakan kelompok rentan terpapar sampah plastik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim Ecoton menemukan 88 partikel dari 26 sampel pada darah, 107 partikel dari 11 sampel pada amnion, serta 52 partikel dari 9 sampel urine. Organisasi ini menyimpulkan bahwa rahim tidak lagi menjadi ruang aman bagi janin karena mikroplastik telah ditemukan di plasenta, cairan ketuban, darah tali pusat, serta darah ibu.

“Partikel ini dapat menyebabkan janin mengalami stress oksidatif, gangguan hormonal, dan kerusakan DNA janin,” kata Rafika.

Comments

Popular posts from this blog

🌞 IObit Summer Sale 2025 – Save 40% on Top PC Utilities!

FoneTool Unlocker Pro: Solusi Praktis untuk Membuka Kunci iPhone dan iPad dengan Mudah

Securing Africa's Farming Future: Science, Communication, and Immediate Action