Wamenperin: Insentif Mobil Listrik Berbasis Nikel Diperlukan

Featured Image

Dukungan Pemerintah untuk Penggunaan Baterai Berbasis Nikel dalam Kendaraan Listrik

Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyatakan dukungannya terhadap wacana penggunaan baterai berbasis nikel seperti Nickel Cobalt Aluminium (NCA) dan Nickel Manganese Cobalt (NMC) dalam kendaraan listrik di Indonesia. Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap kecenderungan saat ini yang mengarah pada penggunaan baterai lithium ferro phosphate (LFP) oleh sejumlah produsen mobil listrik (EV) di Tanah Air.

Peralihan ke baterai berbasis nikel ini dilakukan karena pabrik-pabrik baterai EV di Indonesia saat ini telah memproduksi baterai dengan basis nikel. Hal ini diharapkan dapat membantu menyerap produksi dari pabrik tersebut, sehingga meningkatkan efisiensi dan ketersediaan bahan baku.

Kementerian BUMN juga sedang mendorong pemberian insentif kepada produsen EV yang melakukan peralihan penggunaan baterai. Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menyatakan bahwa pihaknya ingin mendapatkan dukungan dari kementerian lain agar insentif diberikan kepada perusahaan EV yang menggunakan baterai berbasis nikel.

Langkah Pemerintah dalam Mengembangkan Ekosistem Baterai EV

Pemerintah tengah fokus pada pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia. Saat ini, pabrik-pabrik yang ada hanya memproduksi baterai berbasis nikel. Oleh karena itu, langkah peralihan penggunaan baterai menjadi lebih penting untuk memaksimalkan kapasitas produksi yang ada.

Salah satu proyek terbaru yang diresmikan adalah Proyek Dragon. Proyek ini merupakan kerja sama antara Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), Antam, dan IBC. CBL adalah anak perusahaan dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). Proyek ini memiliki investasi sebesar US$5,9 miliar dan mampu menghasilkan baterai EV hingga 15 GWh per tahun.

Selain Proyek Dragon, pemerintah juga sedang menyiapkan proyek serupa yang melibatkan konsorsium Zhejiang Huayou Cobalt Co dan BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC). Proyek ini direncanakan rampung pada 2027. Huayou menggantikan posisi LG Energy Solution Ltd., yang sebelumnya berkomitmen untuk berinvestasi senilai US$9,8 miliar dalam Proyek Titan dan Omega.

Proyek Titan mencakup investasi di bidang pertambangan nikel, smelter HPAL, serta pabrik prekursor/katoda. Sementara Proyek Omega fokus pada manufaktur sel baterai. Selain Huayou dan IBC, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan menjadi pemasok bahan baku baterai EV berbasis nikel atau NMC dalam proyek ini.

Strategi dan Tantangan dalam Pengembangan Baterai EV

Meskipun pemerintah memberikan dukungan kuat untuk penggunaan baterai berbasis nikel, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah koordinasi antar kementerian dan lembaga terkait. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza tidak memberikan respons terkait apakah Kementerian BUMN sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian dalam pemberian insentif.

Selain itu, strategi Kementerian Perindustrian dalam mendorong populasi EV dengan baterai berbasis nikel juga belum sepenuhnya jelas. Meski demikian, langkah-langkah yang dilakukan pemerintah menunjukkan komitmen untuk membangun ekosistem baterai EV yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Dengan adanya proyek-proyek besar seperti Dragon dan Huayou, diharapkan penggunaan baterai berbasis nikel dapat meningkat secara signifikan. Hal ini tidak hanya akan membantu menyerap produksi pabrik baterai, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan teknologi baterai EV di kawasan Asia Tenggara.

Comments

Popular posts from this blog

🌞 IObit Summer Sale 2025 – Save 40% on Top PC Utilities!

FoneTool Unlocker Pro: Solusi Praktis untuk Membuka Kunci iPhone dan iPad dengan Mudah

Securing Africa's Farming Future: Science, Communication, and Immediate Action